Jumat, 05 November 2010

Vlek, TB, dan Asap Rokok!

Detail Berita
Vlek, TB, dan asap rokok (Foto: Corbis)

Istilah Vlek yang Rancu

Pernah atau sering mendengar istilah vlek? "Memang, istilah vlek berkembang luas di masyarakat, tapi jika ditelusuri dengan benar tidak ada lho istilah vlek dalam dunia medis. Istilah vlek seringkali digunakan hanya untuk memperhalus istilah TB (Tuberculosis)," tutur dr Nastiti Kaswandani SpA dari Divisi Respirologi–Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM.
Walau begitu, istilah vlek untuk TB tidak selalu tepat dan tidak ada rujukannya.
Yup, sebenarnya, vlek berasal dari bahasa Belanda yang artinya bercak. Misalnya, si kecil dianjurkan untuk dilakukan rontgen dada oleh dokter, dari hasil foto rontgen tersebut dilihat ada bercak pada paru-parunya, itulah yang seringkali dikatakan anak terkena vlek pada paru.
Bercak itu sendiri bisa terjadi karena ada kumpulan cairan atau peradangan di paru-paru. Jadi, adanya spot atau vlek tak selalu berarti TB.

Jangan Disepelekan
Meskipun belum tentu TB, sebaiknya jangan pernah mengganggap remeh atau enteng vlek. Menurut dr Dani, demikian ia disapa, banyak orangtua yang masih kurang peduli jika dikatakan anaknya terkena vlek.
"Karena konsekuensinya jika vlek, tetap saja pengobatannya sama seperti seseorang yang terkena TB. Harus melakukan pengobatan jangka panjang, lengkap, tidak boleh putus obat, tuntas, dan harus dicari sumber penyebabnya!," tegasnya.

Diagnosis TB
Ya, tak mudah mendiagnosis TB pada anak. Ada beberapa tes yang harus dilakukan. Foto rontgen saja tidak cukup dijadikan dasar untuk mendiagnosis TB. Harus ada gejala dan ciri bahwa si kecil sakit TB.
TB merupakan salah satu bentuk penyakit infeksi. Penyebabnya ialah karena kuman yang masuk dan berkembangbiak dalam tubuh. Jika anak dicurigai TB harus dilakukan tes terlebih dahulu apakah terdapat kuman TB dalam tubuhnya. Untuk menguji ada tidaknya TB dalam tubuh harus dilakukan Mantoux test. Jika hasilnya negatif maka tidak terdapat infeksi, berarti anak tidak terkena TB.

TB pada Anak, Menularkah?
TB pada orang dewasa bisa menular, sedangkan TB pada anak tidak menular sehingga tidak perlu mengkarantina dari orang lain. Jika si kecil terinfeksi TB, harus dicari dulu apakah di keluarga atau lingkungan ada yang menderita TB, batuk darah, batuk berdahak yang terdapat kuman TB.
Gejala serta tanda anak menderita TB adalah masalah makan sehingga susah naik berat badan, demam lama dan berulang, sering tertular batuk pilek.
"Sakit TB dengan infeksi TB itu berbeda. Jika sudah positif TB, gejala dan tandanya sudah jelas. Sedangkan jika baru terinfeksi TB, belum ada gejala dan tanda dari TB itu sendiri. Di daerah endemis TB seperti di Indonesia, banyak yang sudah terinfeksi TB tetapi tidak sampai sakit TB, oleh karena daya tahannya baik sehingga tidak ada gejala," jelas dr Dani. 

TB dan Rokok
Lalu, adakah kaitan antara paparan asap rokok dengan TB? Memang, penyebab TB bukan karena asap rokok, melainkan karena tertular kuman Tuberculosis. Kalau tidak ada sumber penularan maka anak tidak akan tertular.
"Asap rokok hanya menurunkan daya tahan saluran napas, tapi bukan penyebab langsung," paparnya.
Walau begitu, ada penemuan menarik. "Suatu hasil penelitian menunjukkan jumlah pasien TB di Indonesia berada di urutan nomor tiga terbanyak di dunia. Fakta menarik lainnya adalah jumlah anak yang terpapar rokok dan menderita TB pun berada di urutan ketiga dengan komposisi negara yang sama yaitu India, Cina, dan Indonesia," ungkap dr Dani.
Nah, ini membuktikan bahwa anak yang terkena paparan asap rokok dengan TB sangat berhubungan erat.

Pertahanan Tubuh Dilemahkan
Jika di lingkungan sekitar ada yang merokok, efeknya akan menyerang sistem pernapasan. Anak dengan mudah terkena saluran pernapasan bawah (ISPA bawah). Penyakit-penyakit ISPA bawah antara lain bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia.
Anak yang terkena paparan asap rokok akan lebih rentan terkena penyakit, karena asap rokok tersebut bisa mengganggu daya tahan lokal (mekanisme pertahanan tubuh) dengan cara dilemahkan.
Perlu diketahui, rongga hidung dilapisi dengan epitel silindris bersilia yang mengeluarkan lendir. Rongga hidung juga dilengkapi dengan rambut atau bulu hidung. Saat udara masuk ke hidung, bulu-bulu hidung berperan menyaring partikel-partikel debu yang kasar dan zat-zat lain.
Nah, asap rokok yang terhirup –mengandung banyak zat-zat racun- akan mematikan/melemahkan epitel yang melindungi pertahanan tubuh itu.
"Jika sering terkena asap rokok maka tidak akan berfungsi lagi, sehingga gampang terkena masalah. Jika sudah mengalami kondisi seperti ini anak dengan mudah terkena risiko berbagai macam penyakit infeksi, termasuk penularan TB," ulas dr Dani secara sederhana. 

Wah, wah, meskipun asap rokok bukan penyebab TB, ia jelas-jelas merugikan, bukan?

Bahaya di Balik Asap Rokok
Asap rokok memiliki partikel kecil berukuran kurang dari satu mikron, jika dihirup bisa masuk ke jaringan paru dan menempel di saluran napas. Berbeda dengan debu kasar yang memiliki partikel berukuran lebih besar sekitar 20-40 mikron yang seringkali hanya menyangkut di tenggorokan.

Dampak pada Bayi
Ibu hamil yang merokok memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) 6 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak merokok.
Efek merokok waktu hamil bisa mengganggu pematangan fungsi saluran napas dan paru janin, sehingga si kecil lebih rentan terkena berbagai macam gangguan pernapasan.
Ada fakta penting lain, "Ada laporan walaupun tidak terlalu banyak penelitiannya, bahwa bayi yang lahir dari para ibu yang merokok mengalami insiden mati mendadak atau sudden infant death syndrome (SIDS) lebih tinggi daripada bayi dari ibu yang tidak merokok."
Bayi baru lahir yang sudah terbiasa terkena paparan asap rokok pun bisa terkena gangguan refleks; kalau menangis selalu melengking.

Sumber : okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar